Alel Ganda

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini.

Cabang ilmu genetika yang merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi sekarang ini juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penurunan sifat yang merupakan cakupan yang paling umum dalam genetika telah menghasilkan penemuan-penemuan terbaru yang patut diperhitungkan. Mutasi, kloning, bayi tabung dan masih banyak lagi rekayasa-rekayasa genetika lainnya mulai di praktekkan oleh para ahli biologi di seluruh dunia.

Beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda, yaitu warna rambut pada kelinci, warna mata pada Drosophila melanogaster dan golongan darah pada manusia. Namun, pada praktikum kali ini kami hanya melakukan percobaan khususnya mengenai golongan darah pada manusia sebagai herediter yang ditentukan oleh alel ganda karena mudah diperoleh. Selain untuk lebih mengetahui mengenai golongan darah sebagai pengaruh peranan alel ganda, praktikan juga dapat menentukan sendiri golongan darahnya. Bahan utama yang digunakan berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Penentuan golongan darah didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dengan mengamati aglutinasi yang terjadi pada cairan darah. Oleh karena itu, perlu dipahami mengenai aglutinogen (antigen), aglutinin (antibodi) dan aglutinasi untuk memudahkan dalam melakukan praktikum.

B. Tujuan

Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengenal beberapa sifat keturunan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotip.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Genetika berasal dari bahasa yaitu Yunani γέννω atau genno yang berarti "melahirkan" merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas (Anonim, 2009).

Kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat emproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotype IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotype IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotype ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen

(Jusuf, 2001).

Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan “Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela” (Corebima, 1997).

Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2009).

Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A (atau α) dan anti –B (atau β). Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan

antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1986).

Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 1984).

Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. (Kartolo, 1993).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/ Tanggal :Rabu, 19 November 2010

Waktu :09.00 sampai 11.00 WITA

Tempat :Laboratorium Pendidikan biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


B. Alat dan Bahan

a. Alat

1. 2 buah plat tetes

2. 3 buah / blood lancet

b. Bahan

1. 3 tetes Darah probandus

2. 3 tetes Anti serum (serum anti –A dan anti –B)

3. Alkohol 70% secukupnya

4. Kapas secukupnya


C. Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengambil darah dengan membersihkan salah satu ujung jari dengan kapas yang dibasahi alkohol 70% dan membersihkan pula blood lancet dengan alkohol. Membiarkan alkohol mengering.

2. Menusukkan blood lancet ke jari yang telah dibersihkan dengan alkohol.

3. Membuang darah pertama yang keluar dari luka.

4. Meneteskan darah kedua di atas plat tetes yang diberi tanda A dan dan tanda B, kemudian meneteskan serum anti A pada darah (tanda A), dan serum anti B pada darah (tanda B).

5. Mengaduk darah yang telah ditetesi serum anti A dan anti B, mengamati pembekuan darah.

6. Apabila terjadi penggumpalan hanya pada A, maka bergolongan darah A. Bila terjadi penggumpalan pada B maka golongan darah B. Bila terjadi penggumpalan keduanya maka golongan darah AB dan bila tidak ada penggumpalan maka golongan darah O.

7. Mencatat hasil pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No


Nama Golongan darah

Fadli Kamal B
Muallimah AB
Aminullah 0
Lutfuatul H 0

D L L

B. Pembahasan

Setelah mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah sebagai berikut sebagai berikut:

· Golongan darah A = 17 probandus dengan persentase sebanyak 36%

· Golongan darah B = 16 probandus dengan persentase sebanyak 34%

· Golongan darah AB = 1 probandus dengan persentase sebanyak 1%

· Golongan darah O = 13 probandus dengan persentase sebanyak 30%

Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O.

Menurut Jusuf (2001), dikenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.

Dalam transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari semua golongan darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O hanya dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat menyumbangkan darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB dapat menjadi donor hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan B dapat menjadi penerima sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan darah sejenis dan dapat menjadi donor untuk golongan AB dan golongan sejenis (Jusuf, 2001).

Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan darah O.

Menurut Suryo (1984), menurunnya alel-alel ganda dapat diikuti dari beberapa contoh perkawinan berikut ini:

1. Suami-istri masing-masing bergolongan darah O akan mempunyai keturunan bergolongan darah O saja.

2. Seorang laki-laki bergolongan darah A menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah O. Kemungkinan keturunannya, 50 % bergolongan darah A dan 50 % bergolongan darah O.

3. Seorang laki-laki bergolongan darah B menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah B pula. Kemungkinan keturunannya, 75 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.

4. Pria bergolongan darah B menikah dengan wanita bergolongan darah A. Kemungkinan keturunannya, 25 % bergolongan darah AB dan 25 % bergolongan darah A, 25 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat keturunan yang ditentukan oleh alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA IA dan IA Ii, genotipe golongan darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe golongan darah AB adalah IA IB dan genotipe golongan darah O adalah ii.

2. Persentase golongan darah yang diperoleh adalah sebagai berikut:

· Golongan darah A = 36%

· Golongan darah B = 34 %

· Golongan darah AB = 1 %

· Golongan darah O = 30%

B. Saran

a. Laboratorium

Hendaknya laboran terus membenahi alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Kelengkapan alat sangat membantu praktikum berjalan lancar.

b. Asiasten

Hendaknya asisten dapat membimbing praktikan dengan lebih baik lagi agar praktikan dapat lebih terfokus dan mengerti mengenai hal-hal yang dipraktikumkan.

c. Praktikan

Para praktikan hendaknya mengikuti praktikum dengan baik agar segala hal yang menjadi tujuan praktikum dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Genetika. http: //wiki/genetika/or.id. Diakses Rabu, 20 N0vember 2010

Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.

Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA.

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.