• Selamat Datang

    Ini adalah blog pribadi saya untuk mengembangkan keilmuan Biologi

  • Apa itu Biologi?

    Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lingkungan biotik dan abiotik

  • UIN Makassar

    Saya kuliah di UIN Makassar jurusan S1 Biologi.

  • Biologipedia

    Biologipedia adalah salahsatu komunitas biologi online terbesar di Indonesia

  • Hobi saya

    Hobi saya adalah belajar, melakukan penelitan dan berselancar di dunia maya mencari informasi biologi

Medium Pemeliharaan Lalat buah



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster). Untuk memelihara lalat buah dapat kita menggunakan berbagai macam medium. Ada medium campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon, ada juga medium campuran pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid, dan aquadest dan diamana medium yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah medium yang kedua.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster), maka dilakukanlah praktikum ini.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melaoigaster).

C. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis : 23 November 2010
Pukul : 09.00 - 11.00 WITA
Tempat : Lab. Pendidikan Biologi
UIN Alauddin Makassar


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan di dalam nucleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri. Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan buah-buahan ataupun sisa buah yg busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang Genetika justru lalat buah menjadi “hewan primadona”. Ya..ya lalat ini memgang peranan yang penting dalam beberapa pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel, baik Hukum Mendel 1 atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan Secara Bebas, pautan seks, crossing over, kromosm politen dan lain sebagainya (Anonima, 2009).
Untuk pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai macam-macam medium. Medium yang m ula-mula dipergunakan adalah campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 : 1. Medium tersebut dipakai selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai digunakan beberapa medium yang dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa tahun terakhir ini telah digunakan resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas tape dan pisang ambon yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk memperoleh medium yang lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Hartati, 2009).
Panen telur pada lalat buah dilakukan sejak lalat berumur 10 hari selama satu-tiga minggu. Botol pengumpul telur dipasang pada lubang yang telah tersedia pada kurungan. Botol pengumpul telur, yang merupakan buah tiruan, adalah botol plastik ukuran Ø 5 x 30 cm, dindingnya berlubang-lubangan Ø 0,2 – 0,5 mm dengan kerapatan 1 x 1 cm. Sebelum dipasang, botol diisi potongan karet busa jenuh air atau jus buah untuk menarik lalat, dan untuk mempertahankan kelembapan di dalam botol, agar telur yang diletakkan tidak mengalami kekeringan. Botol dipasang selama 24 jam, biasanya mulai 08.00 pagi. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dengan ovipositornya kedalam lubang-lubang di dinding botol, sehingga massa telur akan terkumpul pada lubang-lubang tersebut. Panen telur dilakukan pagi hari berikutnya. Telur dikumpulkan dengan cara membasuh permukaan dalam botol, dan menampungnya di atas nampan, kemudian disaring. Karena telur yang bernas tenggelam, maka dapat dengan mudah dipisahkan dari yang rusak. Massa telur yang dihasilkan dapat diukur secara volumetric, satu cc telur berisi ± 18.000 butir.
Pengujian mutu telur dapat dilakukan dengan mengamati persentase pene-tasannya. Dari massa telur diambil sampel 4 x 100 butir untuk diletakkan di atas kertas saring warna gelap yang jenuh air. Kertas diletakkan di atas cawan Petri dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Jumlah telur yang menetas diamati di bawah mikroskop (Anonimb, 2009).
Dalam sejarah genetika sebagai ilmu, relative hanya baru-baru ini sajalah DNA menjadi pusat perhatian. Lebih dulu, perhatian dipusatkan pada hereditas, yaitu pada pola-pola pewarisan sifat yang ada (mata biri, warna merah bunga, ekor pendek) dari induk ke keturunananya. Diperkirakan bahwa sifat-sifat yang diwariskan ini diatur oleh gen-gen ditata secara linear sepanjang kromosom pada hewan dan tumbuhan tinggi. Disusunlah “peta” urutan gen pada kromosom, dan ditelitilah banyak rincian mengenai penurunana atau transmisigen dari generasi ke generasi, jauh sebelum banyak yang diketahui tentang apa gen itu dan bagaimana kerjanya (Goodenough, 1988).
Orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang adalah Gregor Mendel seorang rahib Austria yang hidup pada tahun1822-1884 di sebuah biara laki-laki di kota kecil brunn. Dia dating di biara itu pada tahun 1851 sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim ke universitas wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi ia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika (Suryo, 2006).
Seorang ahli genetika bernama Morgan meneliti pada pembastaran lalat buah. Ia membastarakan lalat buah jantan mata putih (disingkat jantan putih) dengan lalat buah betina mata merah (disingkat beina merah). Diperoleh keturunan F1 yang semuanya mata merah, baik yang jantan maupun yang betina. Bila jantan F1 (mata merah) dibastarrkan dengan betina F1 (mata merah), akan diperoleh keturunan F2 : 3 bagian mata merah, dan 1 bagian mata putih. Jadi di sini mata merah dominan terhadap mata putih. Dari turunana F2 yang diperoleh tadi, yang betina semuanya mata merah, serta yang jantan 50% mata merah dan 50% mata putih (Prawoto, 1994).



BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan
b. Baskom
c. Pengaduk
d. Kompor gas
e. Botol Kultur
f. panci
g. Pisau
h. Gelas ukur
i. Lumpang dan alu

2. Bahan
a. Pisang ambon
b. Gula merah
c. Agar-agar
d. Aquadest
e. Ragi
f. Nipagin
g. Sorbic acid
h. Plastik
i. Karet gelang
j. Ketas saring

B. Prosedur Kerja
1. Menyediakan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengupas kulit pisang ambon lalu memutongnya kecil-kecil lalu ditimbang.
3. Menghaluskan pisang ambon yang telah dipitong kecil hingga betul-betul halus dengan menggunakan lumpang dan alu.
4. Mencampurkan gula merah dengan aquadest lalu memasaknya hingga larut dan mendidih.
5. Mencampurkan agar-agar dan pisang ambon yang telah di haluskan ke dalam campuran gula merah dan aquadest yang telah mendidih, kemudian mengaduknya hingga rata sampai matang.
6. Membiarkan adonan mendidih selama ± 15 menit.
7. Melarutkan ragi roti tersebut ke dalam air dan mencampurkannya ke dalam adonan yang sudah mulai menurun sekitar 400C.
8. Mencampurkan anti jamur yang telah dipersiapkan sebelumnya.
9. Menuangkan adonan yang masih panas ke dalam botol kultur yang telah disterilkan terlebih dahulu.
10. Memasukkan kertas saring ke dalam botol kultur yang telah di beri adonan.
11. Botol biakan siap diperguakan apabila telah dingin.



B. Pembahasan
Percobaan petama pada praktikum genetika dan evolusi adalah membuat medium pemeliharaan lalat buah (Drsophila melanogaster). Dimana dalam pembuatan medium pemeliharaannya digunakan berbagai macam bahan. Bahan yang digunakan yaitu pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid dan aquadest. Bahan ini kemudian diolah sesuai dengan prosedur kerja yang ada. Bahan yang digunakan memiliki peranan yang penting dimana pisang ambon dan gula merah berfungsi sebagai sumber karbohidrat, agar-agar digunakan agar adonan yang dihasilkan lebih padat, ragi berfungsi untuk mengembangkan aadonan, nipagin sebagai anti jamur, sorbic acid untuk mencegah timbulnya bakteri, dan aquadest berfungsi sebagai pelarut. Setiap bahan memiliki takaran masing-masing sesuai dengan jumlah botol kultur yang akan dijadikan media pemeliharaan. Per 30 botol medium digunakan 300 gram pisang ambon, 7 gram agar-agar, 150 gram gula merah, 20 gram ragi, 7 ml nipagin, 5 ml sorbic acid dan 411 ml aquadest. Karena pada percobaan kali ini kami menggunakan 60 botol kultur yang akan dijadikan medium, maka setiap takaran bahan dapat dikali 2 agar dapat mencukupi semua wadah atau botol kultur.
Adapun Fungsi masing-masing alat yang digunakan adalah :
1. Timbangan berfungsi sebagai alat unruk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan.
2. Baskom berfungsi sebagai alat untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang.
3. Pengaduk berfungsi sebagai alat untuk mengaduk bahan yang telah dicampurkan di dalam panci pada saat dimasak.
4. Kompor gas berfungsi sebagai alat untuk memasak bahan-bahan hingga mendidih.
5. Botol kultur berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan medium pemeliharaan lalat buah.
6. Panic berfungsi sebagai wadah untuk menampung campuran bahan yang akan di masak dan di didihkan.
7. Pisau berfingsi sebagai alat untuk memotong-motong bahan yang digunakan.
8. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk menampung bahan yang bersifat cair.
9. Lumpang dan alu berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan pisang ambon.
10. Gunting berfungsi sebagai alat untuk memotong kertas saring dan plastik.
Medium yang telah selesai di buat masih banyak memiliki kekurangan karena lalat buah yang di masukkan ke dalam medium sebagian besar mati atau meninggal. Sehingga tidak dapat berkembang biak.




BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah tidak dilakukan secara asala-asalan melainkan setiap bahan memiliki takaran tertentu.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.






DAFTAR PUSTAKA

Anonima.2009. file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/Lili
S%20FiLe/teknik-pembiakan-massal-hama-lalat-buah.html. Diakses pada tgl 25 Oktober 2010

Anonimb. 2009. www.duniasatwa.com/forums/archive/index.php/t-102.html. Diakses
pada hari senin 19 Oktober 2009

Goodenough, Ursula. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Erlangga.

Hartati. S.si, M.Si. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM

Prawoto, Drs. 1994. Genetika dan Evolusi. Jakarta. Depdikbud

Suryo. 2005. Genetika Strata I. Yogyakarta. UGM

Stansfield, William. 2006. Genetika Edisi keempat. Jakarta. Erlangga.

kromosom kelenjar ludah lalat buah

kromosom raksasa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah kromosom raksasa. Dimana dalam mengamati kromosom raksasa yang digunakan adalah larva lalat buah Drosophila melanogaster instar III dan dimana kromosom rakssa pada larva itu terletak pada bagian anteriornya yang tepatnya pada kelenjar ludah. Kkromosom raksasa memiliki ukuran yang lebih besar dari kromosom biasanya.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana bentuk dan morfologi dari kromosom raksasa maka dilakukanlah pecobaan kromosom raksasa ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati kromosom raksasa pada kelenjar ludah larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster).
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengamati secara lansung kromosom raksasa pada kelenjar ludah dari larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kromosom raksasa yang terdapat pada kelenjar ludah Drosophila melanogaster terbentuk karena proses endomitosis dimana strand kromosom mereplikasi terus menerus tanpa terjadi pembelahan inti. Proses endomitosis menghasilkan bentukan kromosom yang besar dan panjang seperti pita, atau yang biasa disebut kromosom polytene. Dalam anonim disebutkan bahwa kromosom dalam kelenjar ludah Drosophila melanogaster membelah beberapa kali tetapi masing-masing strand tidak membelah. Strand-strand tersebut tetap menempel antara satu dengan yang lain. Dengan kata lain, kromosom raksasa ini memiliki banyak copy gen yang tidak memisah antara satu dengan yang lain, sehingga di dalam satu sel terdapat kopian informasi dari beberapa gen di dalam kromosom. Namun saat terjadi endoreplikasi yang berulang-ulang pada kromosom, ada bagian yang tidak ikut membelah dengan maksimal, yakni daerah sentromer. Sebagai hasilnya, sentromer kromosom tergabung bersama-sama menjadi bentukan padat yang dinamakan sentrosenter (Gardner, 1991).
Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis, yaitu suatu replikasi yang menghasilkan banyak kromosom yang tidak terpisah satu dengan yang lain. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap. Pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang renggang sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat, mengalami kondensasi, dan berperan aktif dalam pembelahan. DNA umumnya terdapat pada pita-pita yang gelap (Kimball, 1990).
Dalam sel yang sedang membelah, kromosom biasanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop biasa. Akan tetapi untuk mempelajari struktur halusnya, harus digunakan sebuah mikroskop elektron, karena dapat memberikan perbesaran jauh lebih kuat. Kromosom dibedakan atas autosom (kromosom tubuh) dan kromosom kelamin (kromosom seks). Kecuali beberapa hewan tertentu, maka kebanyakan makhluk memiliki sepasang kromosom kelamin dan sisanya merupakan autosom. Lalat buah (Drosophila melanogaster) yang sering digunakan untuk penyelidikan genetika mempunyai 8 kromosom, 6 autosom dan 2 kromosom kelamin (Suryo, 1986).
Untuk mendapatkan kromosom raksasa ini perlu didapatkan terlebih dahulu kelenjar ludah larva instar 3 Drosophila melanogaster. Kelenjar ludah ini terletak di daerah antara kepala dengan leher. Warna kelenjar ludah adalah transparan dan akan berubah menjadi keruh saat ditetesi larutan fiksatif FAA. Kelenjar ludah Drosophila melanogaster berjumlah sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini bertujuan untuk memberikan pewarnaan pada kromosom sehingga kromosom lebih mudah diamati. Kromosom raksasa yang ditemukan berwarna transparan dengan suatu ciri yang khas yang mudah dikenali, yaitu terdapat garis-garis pita gelap dan terang berseling teratur. Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan cukup jelas (Iqbal, 2007).
Jenis kelamin kita merupakan salah satu karakter fenotipik kia yang lebih nyata. Meskipun perbedaan anatomis dan fisiologis antara pria dan wanita banyak, dasar kromosom seksnya sedikit lebih sederhana. Pada manusia dan mamalia lain, seperti pada lalat buah, ada dua varietas kromosom seks dilambangkan dengan X dan Y. Seseorang yang mewarisi dua sifat X, satu dari masing-masing orang tuanya biasanta berkembang dari sebuah zigot yang mengandung satu kromosom X dan satu kromosom Y. Disamping dalam menentukan jenis kelamin, kromosm seks, terutama kromosom X, memiliki gen-gen untuk banyak karakter yang tidak berkaitan dengan seks (Campbell, 2001).
Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti karena dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk kromosom raksasa) ini akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat daripada jika sel tersebut tetap diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi pada kelenjar ludah larva prepupa Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah, kromosom raksasa juga ditemukan pada sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak penggembungan. Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut (Iqbal, 2007).
Kromosom raksasa biasanya ditemukan pada stadium larva. Hal ini dapat dimengerti karena dengan adanya replikasi kromosom yang berulang-ulang (untuk membentuk kromosom raksasa) ini akan menguntungkan bagi larva yang sedang tumbuh dengan cepat daripada jika sel tersebut tetap diploid. Pembentukan kromosom raksasa tidak hanya terjadi pada kelenjar ludah larva prepupa Drosophila melanogaster tetapi juga terjadi pada sel-sel perawat pada ovarium, sel folikel yang mengelilingi oosit, sel-sel lemak, sel usus dan histoblas abdominal. Jadi selain pada kelenjar ludah, kromosom raksasa juga ditemukan pada sel-sel tersebut. Perbedaannya adalah pada letak penggembungan. Seperti halnya kromosom biasa lainnya, kromosom raksasa ini juga berfungsi untuk mengatur kegiatan metabolisme di dalam sel dan mengatur semua sistem kerja di dalam sel tersebut (Anonim, 2009).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat, 13 Oktober 2009
Waktu : Pukul 09.10 s.d 10.40 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi Lantai II Barat FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Cawan Petri
c. Pinset
d. Objek glass
e. Deck glass
f. Bunsen
2. Bahan
a. Larva instar III lalat buah (Drosophila melanogaster)
b. Acetokarmin
c. NaCL fisiologis
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengeluarkan larva Drosophila melnogaster dari mediumnya.
3. Memasukkan larva ke dalam cawan petri yang berisi NaCL fisiologis.
4. Meletakkan segera larva di atas object glass dan menggambar morfologinya.
5. Selanjutnya memotong bagian kepala larva dengan silet dan meletakkan di objek glass dan menutup dengan deck glass, dan mengamati di bawah mikroskop.
6. Mengambil kembali kepala larva dan melakukan kegiatan seperti nomor 4 namun ditetesi dengan acetokarmin.
7. Memfiksasi sampai zat warna mengering di atas Bunsen.
8. Mengamati dengan menggunakan mikroskop binokuler.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan






B. Pembahasan
Pada praktikum genetika dan evolusi pada kesempatan ini, kami akan melakukan percobaan tentang kromosom raksasa. Pada percobaan kali ini bahan yang digunakan adalah larva instar III dari lalat buah (Drosophila melanogaster). Yang akan diamati pada larva lalat buah tersebut adalah bagian anteriornya yang dimana pada daerah anterior tersebut terdapat kelenjar ludah yang dimana pada kelenjar ludah tersebut terdapat kromosom raksasa. Kromosom ini disebut kromosom raksasa karena sesungguhnya kromosom ini adalah kromosom interfase yang memiliki ukuran lebih panjang daripada kromosom metaphase sehingga kromosom ini dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua kromosom lain tidak terlihat. Kromosom raksasa dibentuk oleh peristiwa endomitosis. Struktur kromosom raksasa ini tersusun atas pita terang dan pita gelap. Diamana pita terang mengandung eukromatin dengan lilitan yang jarang-jarang atau longgar sedangkan pita gelap mengandung heterokromatin dengan lilitan yang padat. Kelenjar ludah ini terletak di daerah antara kepala dengan leher pada bagian anterior larva. Kelenjar ludah lalat buah (Drosophila melanogaster) berjumlah dua buah atau sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Sebelum diamati, terlebih dahulu kelenjar ludah yang telah didapatkan ditetesi dengan acetocarmin. Pemberian acetocarmin ini berfungsi untuk memberikan pewarnaan pada kromosom sehingga kromosom lebih mudah untuk diamati. Dengan perbesaran mikroskop lemah, kromosom ini sudah dapat diamati dengan cukup jelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat diketahui bahwa kromosom raksasa yang ditemukan pada kelenjar ludah lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki bentukan yang besar dan panjang. Berbeda dengan kromosom yang biasa, kromosom raksasa ini dapat diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah. Secara umum, kromosom raksasa ini sama dengan kromosom biasa, salah satu perbedaan terletak pada proses terbentuknya dan jumlah lengannya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kromosom raksasa adalah kromoson yang ukurannya lebih besar dari kromosom biasa. Memiliki 2 lengan atau lebih. Pada kelenjar ludah dari larva Drosophila melanogaster instar III memiliki bentuk seperti benang, ukurannya lebih panjang dibandingkan ukuran kromosom pada umumnya.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Kromosom Yang Dipengaruhi Oleh Seks. http://wiki/Gen/seks.or.id Diakses pada tanggal 12 November 2009.

Gardner, E.J, dkk. 1991. Principles of Genetics. New York: John Wiley and Sons, Inc.

Campbell. 2001. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga

Iqbal, Mochammad. 2007. Pengamatan Kromosom Raksasa pada Drosophila melanogaster. Http://www.bio_um.blogospot.com. Diakses Jum’at, 28 Maret 2008.

Kimball, W, John. 1990. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Manning, Gerard. 2006. A Quick and Simple Introduction to Drosophila melanogaster, (Online), (www.ceolas.org/fly/intro.html, diakses tanggal 10 Maret 2007).

Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Alel Ganda

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Biologi merupakan ilmu alam yang mengarah kepada pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini.

Cabang ilmu genetika yang merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi sekarang ini juga telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penurunan sifat yang merupakan cakupan yang paling umum dalam genetika telah menghasilkan penemuan-penemuan terbaru yang patut diperhitungkan. Mutasi, kloning, bayi tabung dan masih banyak lagi rekayasa-rekayasa genetika lainnya mulai di praktekkan oleh para ahli biologi di seluruh dunia.

Beberapa sifat keturunan pada manusia yang ditentukan oleh pengaruh alel ganda, yaitu warna rambut pada kelinci, warna mata pada Drosophila melanogaster dan golongan darah pada manusia. Namun, pada praktikum kali ini kami hanya melakukan percobaan khususnya mengenai golongan darah pada manusia sebagai herediter yang ditentukan oleh alel ganda karena mudah diperoleh. Selain untuk lebih mengetahui mengenai golongan darah sebagai pengaruh peranan alel ganda, praktikan juga dapat menentukan sendiri golongan darahnya. Bahan utama yang digunakan berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Penentuan golongan darah didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu dikenal dengan nama aglutinogen (antigen) dengan mengamati aglutinasi yang terjadi pada cairan darah. Oleh karena itu, perlu dipahami mengenai aglutinogen (antigen), aglutinin (antibodi) dan aglutinasi untuk memudahkan dalam melakukan praktikum.

B. Tujuan

Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengenal beberapa sifat keturunan oleh pengaruh alel ganda dan mencoba menetapkan genotip.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Genetika berasal dari bahasa yaitu Yunani γέννω atau genno yang berarti "melahirkan" merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni (pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas (Anonim, 2009).

Kita ketahui bahwa pengertian alel ganda ialah bahwa dalam suatu populasi individu jumlah jenis alel pada suatu lokus terdapat lebih dari dua. Contoh yang sudah cukup luas dikenal ialah golongan darah pada manusia. Di kenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat emproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotype IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotype IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotype IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotype ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen

(Jusuf, 2001).

Pengertian alel ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield (1983) mengatakan “Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin dijumpai sejumlah besar alela” (Corebima, 1997).

Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2009).

Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen –A dan antigen –B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A (atau α) dan anti –B (atau β). Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan

antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1986).

Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 1984).

Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. (Kartolo, 1993).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/ Tanggal :Rabu, 19 November 2010

Waktu :09.00 sampai 11.00 WITA

Tempat :Laboratorium Pendidikan biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


B. Alat dan Bahan

a. Alat

1. 2 buah plat tetes

2. 3 buah / blood lancet

b. Bahan

1. 3 tetes Darah probandus

2. 3 tetes Anti serum (serum anti –A dan anti –B)

3. Alkohol 70% secukupnya

4. Kapas secukupnya


C. Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengambil darah dengan membersihkan salah satu ujung jari dengan kapas yang dibasahi alkohol 70% dan membersihkan pula blood lancet dengan alkohol. Membiarkan alkohol mengering.

2. Menusukkan blood lancet ke jari yang telah dibersihkan dengan alkohol.

3. Membuang darah pertama yang keluar dari luka.

4. Meneteskan darah kedua di atas plat tetes yang diberi tanda A dan dan tanda B, kemudian meneteskan serum anti A pada darah (tanda A), dan serum anti B pada darah (tanda B).

5. Mengaduk darah yang telah ditetesi serum anti A dan anti B, mengamati pembekuan darah.

6. Apabila terjadi penggumpalan hanya pada A, maka bergolongan darah A. Bila terjadi penggumpalan pada B maka golongan darah B. Bila terjadi penggumpalan keduanya maka golongan darah AB dan bila tidak ada penggumpalan maka golongan darah O.

7. Mencatat hasil pengamatan.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

No


Nama Golongan darah

Fadli Kamal B
Muallimah AB
Aminullah 0
Lutfuatul H 0

D L L

B. Pembahasan

Setelah mengikuti praktikum dengan unit Alel Ganda ini, praktikan memiliki pengetahuan mengenai cara mengidentifikasi golongan darah pada manusia. Hasil dari pengidentifikasian yang dilakukan pada setiap praktikan (probandus) adalah sebagai berikut sebagai berikut:

· Golongan darah A = 17 probandus dengan persentase sebanyak 36%

· Golongan darah B = 16 probandus dengan persentase sebanyak 34%

· Golongan darah AB = 1 probandus dengan persentase sebanyak 1%

· Golongan darah O = 13 probandus dengan persentase sebanyak 30%

Bahan utama yang digunakan dalam melakukan identifikasi adalah berupa serum anti A dan serum anti B yang diteteskan pada darah probandus. Jika pada anti serum A terjadi penggumpalan (aglutinasi) sedangkan anti serum B tidak, maka golongan darah probandus adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah probandus adalah B. Bila kedua-duanya mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah AB. Bila kedua-duanya tidak mengalami penggumpalan maka golongan darah probandus adalah O.

Menurut Jusuf (2001), dikenal ada empat jenis golongan darah, yaitu A, B, AB dan O, yang dikendalikan oleh tiga alel, yaitu IA, IB, dan i. Alel-alel tersebut bertanggung jawab dalam mengendalikan pembentukan antigen sel darah, alel IA dan alel IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B, sedangkan alel i tidak membentuk antigen. Antara alel IA dengan alel IB terdapat hubungan kodominan, yang berarti genotipe IA IB dapat memproduksi antigen A dan antigen B. Alel IA dan alel IB kedua-duanya terhadap alel i. Dengan keterangan tersebut maka akan diperoleh genotipe IA IA dan IA Ii (golongan darah A) akan memproduksi antigen A, genotipe IB IB dan IB Ii (golongan darah B) akan menghasilkan antigen B; genotipe IA IB (golongan darah AB) mempunyai antigen A dan B, sedangkan genotipe ii (golongan darah O) tidak memproduksi antigen.

Dalam transfusi darah golongan darah AB dapat menerima sumbangan dari semua golongan darah (tidak akan terjadi penggumpalan), sebaliknya golongan darah O hanya dapat menerima sumbangan dari golongan darah yang sama, golongan darah lainnya akan digumpalkan. Bila dilihat dari sudut donor, golongan darah O dapat menyumbangkan darah untuk semua golongan darah, sedangkan golongan darah AB dapat menjadi donor hanya untuk golongan darah yang sama. Golongan darah A dan B dapat menjadi penerima sumbangan dari golongan darah O dan dari golongan darah sejenis dan dapat menjadi donor untuk golongan AB dan golongan sejenis (Jusuf, 2001).

Dari penjelasan teori di atas dapat diketahui bahwa sangat penting mengenal golongan darah sebelum melakukan transfuse darah. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi. Pada serum darah merah akan dibentuk anti bodi yang dapat mengenali anti gen sel darah merahnya dan antigen asing yang masuk dari luar. Antibodi akan menggumpalkan antigen yang berbeda dari antigen yang dibentuk oleh sel darah merahnya. Jadi antibodi golongan darah A (yang memproduksi antigen A) akan menggumpalkan antigen B dan antibodi golongan darah B (yang memproduksi antigen B) akan menggumpalkan anti gen A. Jika antibody tidak dapat menggumpalkan antigen A dan B karena memproduksi dengan baik antigen tersebut maka golongan darahnya adalah AB. Sebaliknya, jika tidak mengandung antigen baik A maupun B, antibodinya akan menganggap kedua antigen tersebut sebagai zat asing sehingga kedua-duanya akan digumpalkan maka golongan darahnya adalah golongan darah O.

Menurut Suryo (1984), menurunnya alel-alel ganda dapat diikuti dari beberapa contoh perkawinan berikut ini:

1. Suami-istri masing-masing bergolongan darah O akan mempunyai keturunan bergolongan darah O saja.

2. Seorang laki-laki bergolongan darah A menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah O. Kemungkinan keturunannya, 50 % bergolongan darah A dan 50 % bergolongan darah O.

3. Seorang laki-laki bergolongan darah B menikah dengan seorang perempuan bergolongan darah B pula. Kemungkinan keturunannya, 75 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.

4. Pria bergolongan darah B menikah dengan wanita bergolongan darah A. Kemungkinan keturunannya, 25 % bergolongan darah AB dan 25 % bergolongan darah A, 25 % bergolongan darah B dan 25 % bergolongan darah O.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Golongan darah manusia merupakan salah satu sifat keturunan yang ditentukan oleh alel ganda. Genotipe golongan darah A adalah IA IA dan IA Ii, genotipe golongan darah B adalah IB IB dan IB Ii, genotipe golongan darah AB adalah IA IB dan genotipe golongan darah O adalah ii.

2. Persentase golongan darah yang diperoleh adalah sebagai berikut:

· Golongan darah A = 36%

· Golongan darah B = 34 %

· Golongan darah AB = 1 %

· Golongan darah O = 30%

B. Saran

a. Laboratorium

Hendaknya laboran terus membenahi alat-alat yang digunakan dalam praktikum. Kelengkapan alat sangat membantu praktikum berjalan lancar.

b. Asiasten

Hendaknya asisten dapat membimbing praktikan dengan lebih baik lagi agar praktikan dapat lebih terfokus dan mengerti mengenai hal-hal yang dipraktikumkan.

c. Praktikan

Para praktikan hendaknya mengikuti praktikum dengan baik agar segala hal yang menjadi tujuan praktikum dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Genetika. http: //wiki/genetika/or.id. Diakses Rabu, 20 N0vember 2010

Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press.

Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA.

Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wulangi, Kartolo. S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

drosophila Melanogaster

Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam.
Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (Silvia, 2003)
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia, 2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut (Borror, 1992)
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985)
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror, 1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidupDrosophila
melanogaster diantaranya sebagai berikut:

• Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam kondisi ideal.
Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28°C. Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal. Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30°C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
• Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan menurun apabila kekurangan makanan. Lalat buah dewasa yang kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur- telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina (Shorrocks, 1972).
• Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja. PadaDrosophila
melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia cukup ruang (tidak terlalu padat)
individu dewasa dapat hidup sampai kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah kematian pada individu dewasa.
• Intensitas Cahaya

Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang dan akan
mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat yang gelap.
iri-ciri Umum Dhrosophila melanogaster
Lalat buah dan hewan dari class Insekta lainnya pada umumnya memiliki suatu seri segmen atau pembagian tubuh yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.

Perbedaan lalat jantan dan betina
jantan betina
1. Ukuran tubuh kecil Ukuran tubuh lbih besar
2. Sayap lebih pendek Sayap lebih panjang
3. Terdapat sisir kelamin (sex comb) Tidak memakai sisir kelamin
4. Ujung abdomen tumpul dan lebh hitaM UJUNG ABDOMEN RUNCING


Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
6. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Siklus Hidup dan Ciri-ciri pada Tahapan-tahapannya
Perkembangan dimulai segera setelah fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Periode pertama adalah periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi hingga penetasan telur menjadi larva muda (proses ini berlangsung sekitar 24 jam). Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur atau periode postembrionik. Periode ini dibagi dalam tiga tahap yaitu larva, pupa, dan imago.



2.2 Ciri-ciri Umum Dhrosophila melanogaster
Lalat buah dan hewan dari class Insekta lainnya pada umumnya memiliki suatu seri segmen atau pembagian tubuh yang teratur. Segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, thoraks, dan abdomen.
Ciri umum lainnya dari Dhrosophila melanogaster, antara lain :
1. memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah
2. memiliki warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang
3. berukuran kecil antara 3-5 mm (jantan dan betina memiliki ukuran yang berbeda)
4. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
5. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
6. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
7. terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
8. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
9. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax

Siklus Hidup Lalat Buah


I. Tujuan
Untuk mendeskripsikan daur hidup Drosophila sp

II. Tinjauan Pustaka
Lalat buah merupakan salah satu jenis lalat yang sering dijumpai hinggap pada buah-buahan. Lalat ini lebih menyukai buah yang masak karena buah yang lebih masak mempunyai kandungan zat-zat yang dibutuhkan oleh keturunan lalat buah dan kelunakan buahnya memudahkan induk lalat untuk memasukkan telurnya di bawah permukaan kulit buah. Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segemen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, yaitu; kepala, thoraks, dan abdomen. Seperti hewan simetris bilateral lainnya.

Menurut Ellseth dan Baumgardner(1984), Lalat Dosophila mempunyai siklus hidup yang sangat pendek yaitu sekitar 12 hari pada suhu kamar. Kondisi dibawah ideal dapat menghasilkan 25 keturunan tiap tahun. Siklus hidup lalat ini akan semakin pendek apabila kondisi lingkungannya tinggi.
Menurut sistem taksonomi atau pengelompokan jenis makhluk hidup lalat Drosophila melanogaster dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Drosophilidae
Subfamily : Drosophilinae
Genus : Drosophila
Species : Drosophila sp
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil dibanding mata majemuk.
5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan bergaris hitam
Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.


III. Alat dan bahan
A. Alat
1. Blender
2. Tisu
3. Cover glass
4. Toples
5. Plastik
6. Jarum pentul
7. Karet
B. Bahan
1. Pisang yang matang
2. Agar-agar
3. Fermipan
4. Arang
5. Drosophila sp

C. Prosedur Kerja
1. Memblender pisang sampai halus.
2. Mencampurkan hasil blenderan dengan agar-agar, kemudian diebus hingga mendidih.
3. Hasil rebusan tersebut dicampur dengan arang hingga berwarna hitam.
4. Memasukkan ke dalam toples hingga dingin.
5. Membungkus gelas objek dengan tisu, diletakkan miring di atas agar-agar.
6. Memasukkan sepasang Drosophila sp ke dalam toples
7. Menutup toples dengan plastic, diikat dengan karet dan membuat lubang dengan menggunakan jarum pentul di atas permukaan plastik.
8. Mengamati daur hidup Drosophila sp dari hari pertama hingga terbentuk Drosophila baru



IV. Hasil pengamatan dan Pembahasan
a. Tahapan Ciri-ciri Umur
(hari/jam) Foto
Telur Berbentuk bulat lonjong, ukuran sekitar ± 0.5 mm, berwarna putih susu, pada ujung anteriornya terdapat dua tangkai kecil menyerupai sendok yang berfungsi agar telur tidak tenggelam, biasanya terdapat pada permukaan media. ± 19 jam
Larva instar 1 Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih bening, berukuran ± 1 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, belum memiliki spirakel anterior. 2 hari
Larva instar 2 Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 2 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam untuk makan, memiliki spirakel anterior. 3 hari
Larva instar 3 Berbentuk lonjong pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat dibanding larva instar 2, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan pada spirakel anteriornya. 4 hari
Prepupa Terbentuk setelah larva instar 3 merayap pada dinding botol, tidak aktif, melekatkan diri; berwarna putih; kutikula keras dan memendek; tanpa kepala dan sayap 6 hari
Pupa Tidak aktif dan melekatkan diri pada dinding botol, berwarna coklat, kutikula keras, memendek, dan besegmen. 7 hari
Imago Tubuh terbagi atas cephla, thorax, dan abdomen; bersayap transparan; memiliki mata majemuk biasanya berwarna merah; dan ciri-ciri lainnya menyerupai ciri lalat buah dewasa 8 hari


b. Pembahasan
Pengamatan daur hidup lalat buah diawali dengan membuat media dan memasukkan ebebrapa lalat buah kedalamnya. Sekitar ± 19 jam kemudian muncul bercak-bercak putih yang menempel pada dinding-dinding botol kultur. Berdasarkan literature bercak-bercak tersebut tidak lain adalah telur dari Drosophila sp. Berikutnya pada hari ketiga muncul ulat kecil yang mulai bergerak, ukurannya sedikit lebih besar dari telur dan warnanya putih. Fase ini merupakan fase larva instar 1. Pada fase ini umumnya ulat-ulat tersebut hidupnya dipermukaan medium karena merupakan sumber makanan dari lalat tersebut. Hari berikutnya fase larva instar 1 mulai memasuki fase larva instar dua, hal ini terlihat dari ukuran ulat yang semakin membesar serta pergerakan dari ulat yang semakin aktif. Ulat-ulat tersebut mulai memasuki medium walaupun masih disekitar permukaannya. Hari berikutnya, ukuran larva makin bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini aktif di atas media maupun di dinding toples. Tahap setelah larva instar 3 adalah prepupa. Prepupa berbentuk lonjong dan terlihat lebih pendek jika dibandingkan dengan larva instar 3, berwarna putih-putih bening, letaknya pada dinding, dan terbentuk setelah larva instar 3 bergerak ke atas (dinding botol) dan tidak aktif lagi. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan sperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa (kepompong). Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa. Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa. (Silvia, 2003) Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.

V. kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1) Lama waktu siklus hidup Dhrosophila melanogaster yang ditangkap dari dewasa hingga menghasilkan imago memerlukan waktu sekitar 7 hari.
2) Dhrosophila sp mengalami metamorphosis sempurna dengan tahapan-tahapannya diawali oleh telur – larva instar 1 – larva instar 2 – larva instar 3 – prepupa – pupa – imago.

bioteknologi

A. Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang
bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Goenadi & Isroi, 2003).

Dengan definisi tersebut bioteknologi bukan merupakan sesuatu yang baru. Dimulai dari nenek moyang kita, pemanfaatkan mikroba telah dilakukan untuk membuat produk-produk berguna seperti tempe, oncom, tape, arak, terasi, kecap, yogurt, dan nata de coco . Hampir semua antibiotik berasal dari mikroba, demikian pula enzim-enzim yang dipakai untuk membuat sirop fruktosa hingga pencuci pakaian.

Dalam bidang pertanian, mikroba penambat nitrogen telah dimanfaatkan sejak abad ke 19. Mikroba pelarut fosfat telah dimanfaatkan untuk pertanian di negara-negara Eropa Timur sejak tahun 1950-an. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk mendekomposisi limbah dan kotoran. Bioteknologi memiliki
gradien perkembangan teknologi, yang dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas dimanfaatkan, hingga teknik-teknik bioteknologi baru dan secara terus menerus berevolusi.

B. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan bioteknologi secara drastis terjadi sejak ditemukannya struktur helik ganda DNA dan teknologi DNA rekombinan di awal tahun 1950-an. Ilmu pengetahuan telah sampai pada suatu titik yang memungkinkan orang untuk memanipulasi suatu organisme di taraf seluler dan molekuler.

Bioteknologi mampu melakukan perbaikan galur dengan cepat dan dapat diprediksi, juga dapat merancang galur dengan bahan genetika tambahan yang tidak pernah ada pada galur asalnya. Memanipulasi organisme hidup untuk kepentingan manusia bukan merupakan hal yang baru. Bioteknologi molekuler menawarkan cara baru untuk memanipulasi organisme hidup.

Seperti halnya teknologi-teknologi yang lain, aplikasi bioteknologi untuk pertanian selain menawarkan berbagai keuntungan juga memiliki potensi risiko kerugian. Keuntungan potensial bioteknologi pertanian antara lain: potensi hasil panen yang lebih tinggi, mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida, toleran
terhadap cekaman lingkungan, pemanfaatan lahan marjinal, identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak, kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi mikronutrien (Jones, 2003).

Satu pendekatan baru yang sedang mendapatkan banyak perhatian adalah Bio-farming , seperti antibiotika
dalam buah pisang. Potensi risiko bioteknologi terhadap pertanian dan lingkungan – walaupun masih dalam perdebatan - antara lain efek balik terhadap organisme non-target, pembentukan hama resisten, dan transfer gen yang tidak diinginkan yang meliputi transfer gen ke tanaman liar sejenis, transfer gen penyandi untuk produksi gen toksik, dan transfer gen resisten antibiotik melalui gen penanda ( marker ) antibiotik.
\
Beberapa kritikan menyebutkan bahwa modifikasi DNA rekombinan menyebabkan pangan tidak aman untuk dimakan. Kelompok pecinta lingkungan mengkritik bahwa organisme trasgenik menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati, karena membunuh organisme liar yang berguna, atau membuat organisme invasif
yang dapat merusak lingkungan (Conko, 2003).

Terlepas dari perdebatan keuntungan dan kerugian di atas, prinsip ”kehatihatian” harus dikedepankan dalam aplikasi bioteknologi untuk agribisnis, khususnya rekayasa genetika. Pelajaran yang baik dapat kita peroleh dari pengalaman Revolusi Hijau yang semula dianggap aman, namun intensifikasi penggunaan pupuk dan pestisida terbukti berakibat buruk terhadap lingkungan dan baru diketahui setelah beberapa puluh tahun kemudian.

Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan munculnya teknologi DNA rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah didengar tapi samar-samar maknanya. Ilmuwan dari Universitas Kalifornia di San Fransisco (UCSF) bernama Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih untuk dapat memotong rantai DNA lalu menyambungnya lagi.

Tetapi karena materi DNA berukuran sangat kecil, hal ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat langsung
karena jumlahnya juga sangat sedikit. Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari Universitas Stanford bernama Stanley Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan materi DNA berbentuk lingkaran atau plasmid ke dalam sel.

Walau tinggal berjarak hanya 60 km saja, keduanya tidak pernah bisa bertemu sehingga dapat menyatukan teknologi yang dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972, keduanya bertemu di sebuah pertemuan
ilmiah, ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan bekerja di Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer dapat diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen.

Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah [4]. Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.
Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya tetapi memang adalah tonggak utama dari lahirnya bioteknologi modern.

Beberapa tonggak penting lainnya dimulai dari penemuan fenomena pewarisan sifat oleh Gregor Mendel
(tahun 1866), keyakinan bahwa materi genetik adalah DNA oleh Oswald Avery (1944), dugaan struktur double helix DNA oleh Watson dan Crick (1953), penemuan mRNA oleh Monod dan Jacob (1961), pengungkapan kode genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966), inovasi teknologi hibridoma oleh Milstein dan Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan sekuen DNA oleh Maxam dan Gilbert (1977) sampai penemuan teknologi penggandaan DNA, PCR oleh Karry Mullis (1983).

Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi molekuler yang memang menjadi fondasi dari bioteknologi modern.

C. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan bioteknologi setelah lebih dari 30 tahun diawali dengan teknologi rekayasa genetika ini menjadi semakin cepat. Dalam dogma sentral atau pemahaman dasar ilmu biologi diketahui bahwa cetak biru kehidupan DNA menyimpan informasi yang pemanfaatannya dilakukan melalui perubahan informasi itu ke materi baru yaitu RNA.

Proses ini disebut transformasi. Selanjutnya RNA juga dirubah informasinya ke dalam materi akhir yaitu protein dalam proses translasi. Dari alur informasi dalam dogma sentral itu bisa dipahami bahwa rekayasa DNA/genetika membawa implikasi pada perubahan RNA sebagai materi pertengahan maupun kepada protein sebagai produk akhir.

Hanya sepuluh tahun dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi DNA rekombinan, lahirlah teknologi baru dalam kancah bioteknologi yaitu rekayasa protein . Rekayasa protein saat ini menjadi andalah bioteknologi modern karena produk - produk bioteknologi yang beredar luas di masyarakat umumnya berbentuk protein
seperti obat-obat dari jenis hormon, antibodi sampai alat-alat diagnosa penyakit untuk aplikasi kedokteran / kesehatan maupun untuk aplikasi pangan seperti protein BMP/bone morphological protein dalam susu bubuk bahkan ke kosmetika seperti collagen dalam shampoo dan protease dalam pasta gigi.

Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu ribozyme melahirkan teknologi baru dalam bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun belum semaju teknologi rekayasa genetika dan rekayasa protein karena materi RNA umumnya mudah hancur dan berumur pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA semakin jadi perhatian.

Misalnya penggunaan teknologi RNA interference untuk mematikan fungsi gen tertentu terbukti lebih efektif daripada pematian gen pada tingkat DNA menggunakan teknologi knock-out gen misalnya. Yang lebih menghebohkan sekarang adalah lahirnya teknologi kloning. Teknologi kloning dapat dibagi menjadi dua yaitu teknologi kloning terapi dan teknologi kloning reproduksi.

Teknologi kloning terapi yang legal dan didukung semua negara karena manfaatnya untuk membuat jaringan dan organ sebagai ganti dalam pencangkokan jaringan atau organ yang rusak. Sementara teknologi kloning reproduksi ditentang dunia termasuk PBB karena bertujuan membuat individu baru serupa yang berakibat sosial luas.

Teknologi kloning terapi semakin menjadi kenyataan setelah ilmuwan Korea Selatan baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf, sel pembuluh darah dan sel kulit yang dapat menggantikan sel-sel rusak seperti pada penderita Parkinson contohnya Muhammad Ali petinju dan Michael J. Fox artis film Back to the Future yang sel syaraf otaknya mati sehingga menjadi pikun dan tidak dapat beraktifitas normal. Untuk kedepannya, sel-sel itu perlu dibentuk menjadi jaringan atau kumpulan sel dengan fungsi sama seperti jaringan kulit, jaringan
tulang rawan dll.

Cangkok jaringan ini yang sebenarnya lebih banyak diperlukan karena umumnya bagian tubuh yang berada di luar, lebih peka terhadap penolakan dalam pencangkokan. Misalnya penderita luka bakar hanya dapat menerima kulit dari tubuhnya sendiri tidak dapat dari donor lain. Rekayasa jaringan adalah teknologi dalam
bioteknologi yang dimulai tahun 1987 oleh ilmuwan MIT yaitu Langer dan Vacanti untuk membuat jaringan-jaringan baru dengan tujuan transplantasi/pencangkokan.

Menggunakan polimer biodegradable dalam media pembiakkan khusus, dibuat cetakan yang mirip dengan jaringan baru yang akan dibentuk. Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan itu sel-sel yang menjadi tunas lalu dibiakkan sampai menjadi jaringan yang sempurna.

Menggunakan teknologi rekayasa jaringan, jaringan manusia yang paling rumit yaitu jaringan tulang rawan pembentuk telinga telah berhasil dibuat dan ditanamkan di atas punggung tikus telanjang/nude mouse yang telah dimatikan sistem kekebalannya. Telinga tersebut sama sekali tidak ditolak oleh tubuh tikus dan menempel dengan sempurna. Inilah kemenangan teknologi jaringan yang banyak dinanti pasien transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.

D. Perkembangan Bioteknologi sebagai Ilmu di Indonesia

Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah Indonesia telah menjadikan bioteknologi sebagai prioritas pengembangan iptek yang dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) . Selanjutnya sejak tahun 1988, bioteknologi sudah masuk dalam REPELITA juga sebagai prioritas pembangunan khususnya bidangiptek. Perkembangan terbaru dari sisi kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000 lalu, bioteknologi juga muncul sebagai bidang prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang dilanjutkan dengan Renstra Ipteknas.

Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu, pada tahun 1990 mulai dipikirkan pembentukan SDM bioteknologi yaitu dengan pembentukan PAU atau Pusat Antar Universitas bidang bioteknologi di UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB bidang bioteknologi industri dan IPB bidang bioteknologi pertanian.

Kerjasama antar lembaga pendidikan dan penelitian pemerintah juga mulai digesa dengan penunjukan pusat
pengembangan atau center of excellence dengan tiga bidang utama yaitu bioteknologi pertanian dengan anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, bioteknologi kedokteran dengan anggota UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan PAU Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri dengan anggota PAU Bioteknologi ITB dan BPPT. PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk mencetak
SDM bioteknologi dengan pembentukan program studi pasca sarjana S-2 dan S-3 bioteknologi.

Riset tanpa dana, menjadi tak bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana riset kompetitif terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset Unggulan Terpadu yang dikoordinasi oleh RISTEK dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh LIPI, memasukkan bioteknologi sebagai salah satu program tersendiri yang dibiayai. Selain RUT ada pula skema dana kompetitif serupa yaitu RUTI/untuk tingkat internasional dan RUK/kemitraaan untuk kerjasama lembaga riset dengan swasta.

Usaha-usaha antara pemerintah menggandeng swasta ini membuahkan hasil antara lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi Indonesia/KBI dengan anggota lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan dan swasta industri farmasi dan pangan khususnya. Selain beberapa lembaga yang telah disebut di atas, lembaga pemerintah yang aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah departemen teknis yaitu Departemen Pertanian lewat Badan Penelitian dan Pengembangannya seperti Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber Daya Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.

Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan baik yang formal atau non-formal misalnya Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, Jaringan Peneliti Bioteknologi Indonesia, dsb. Tak kurang pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun yang lebih luas seperti Indonesian Journal of Biotechnology yang berkantor di PAU Bioteknologi-UGM, sekarang berganti nama menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM,
dsb.

Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong kemajuan bioteknologi Indonesia adalah rencana pembentukan lokasi khusus di pulau Rempang, berdekatang dengan pulau Batam, sebagai wilayah khusus pengembangan dan komersialiasasi bioteknologi farmasi dan pertanian. Usaha ini dikenal dengan istilah bio-island.

E. Perkembangan Bioteknologi Industri/Bioindustri di Indonesia

Apabila perkembangan bioteknologi secara keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di bidang pertanian, perkembangan industri/bioindustri Indonesia justru sebaliknya. Seperti contoh di pendahuluan, bioteknologi pertanian dengan pemanfaatan tanaman transgenik oleh perusahaan seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat tantangan. Sehingga pemanfaatan bioteknologi pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi tingkat tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler bukan molekuler.

Contohnya adalah industri kultur jaringan yang berkembang baik dalam industri kehutanan dengan kebutuhan penyediaan bibit tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika seperti bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek, dsb. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media.

Yang digunakan bisa segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi modern.

Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau belum tereksploitasi secara optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa, warna dan bau/flavor sangat dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang digunakan. Sementara ini semua masih dilakukan secara tradisional
walau secara penelitian sudah ada yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavornya. Demikian pula berbagai buah dan produk pertanian untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna dan bau yang banyak dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia, juga makin merasakan pentingnya
bioteknologi modern.

Selain flavor, kebutuhan yang besar adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan pemanfaatan baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi detergen dengan
mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein collagen, dll.

Sektor industri yang semakin besar cakupan penggunaan bioteknologinya di Indonesia adalah industri farmasi. Mungkin hal ini tidak terlalu didengar karena sebagian besar komponen industri farmasi masih impor dan produk-produk obat untuk bioteknologi masih dinikmati oleh kalangan berpunya di kota besar saja. Obat - obat untuk pengobatan dan pendukung terapi kanker misalnya, seperti hormon eritropoietin, hormon growth colony, stimulting factor, antibodi spesifik, dsb adalah contoh-contoh obat yang sekali suntik sekian juta rupiah harganya.

Kalau obat resep seperti disebutkan, tidak pernah diiklankan di media massa, tapi alat kedokteran
untuk diagnosa bisa diamati. Misalnya alat diagnosa penyakit DM yang harus mengukur kadar gula darahnya secara teratur menggunakan alat pengukur gula darah, sudah mulai diiklankan di media massa cetak nasional sejak beberapa tahun terakhir [14].

Komponen utama dalam perangkat elektronik ini adalah enzim yang mengubah molekul glukosa menjadi sinyal elektronik. Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan produk obat bioteknologi. PT Kimia Farma menggandeng LIPI dan lembaga riset Jerman, Fraunhofer untuk mengembangkan teknologi produksi obat-obat berbasis protein yang lebih murah dengan teknologi molecular farming.

PT Kalbe Farma menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa dengan membentuk anak perusahaan bernama Innogen yang berkantor di Singapura.

E. Prospek dan Tantangan

Dengan uraian di atas, prospek perkembangan bioteknologi di Indonesia terlihat semakin jelas. Pertama, untuk pendidikan S-1, bioteknologi tidak harus berarti memiliki pengalaman eksperimen rekayasa genetika. Karena fondasi bioteknologi adalah pemanfaatan molekul biologi baik DNA, protein, dst. Maka pengalaman eksperimen biokimia mulai dari isolasi protein/enzim dan karakterisasinya juga penting.

Termasuk juga tingkatan bioteknologi tua seperti pemanfaatan sel untuk bioreaktor, kultur jaringan dsb juga penting. Pengalaman di tingkat S-1 bisa ditingkatkan dengan ke tingkat S-2 dan S-3 untuk penguasaan materi bioteknologi yang lebih dalam dan luas.

Penelitian bioteknologi bisa dilakukan pada umumnya di lembaga penelitian Indonesia sendiri yang sudah mengarah ke bioteknologi modern seperti LIPI, Eijkman, Balitbiogen, dan sebagainya.

Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah bioteknologi, maka peluang memasuki lapangan kerja dengan keahlian bioteknologi semakin besar selain yang sudah ada selama ini untuk industri pangan dan pertanian. Termasuk yang baru adalah industri kosmetika yang juga maju pesat. Lembaga pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu Badan POM dalam penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai mencari
alumni bioteknologi yang menunjukkan semakin banyaknya produk obat, termasuk vaksin dan pangan yang berbasis bioteknologi.

Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM terampil dan berwawasan bioteknologi luas. Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan bidang keilmuwan pertanian atau ilmu alam baik biologi atau kimia. Sedikit seperti di UI ada yang berbasis kedokteran. Di luar negeri, negara maju seperti Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis keteknikan.

Bahkan negara berkembang sekalipun seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga memiliki departemen bioteknologi berbasis pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan penyediaan SDM bioteknologi yang mumpuni tersebut.

Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan peneliti dan doktor bioteknologi Indonesia masih sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan tantangan besar melahirkan SDM produk DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah lokal.

G. Produk Bioteknologi Pertanian

Produk-produk bioteknologi pertanian di Indonesia berdasarkan gradien bioteknologi antara lain : (1) bahan tanam unggul, (2) biofertilizer, (3) biodecomposer, dan (4) biocontrol. Bahan tanam dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pendekatan bioteknologi.

Peningkatan kualitas bahan tanam berdasarkan pada empat kategori peningkatan, yaitu peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap cekaman lingkungan, dan manajemen budidaya (Huttner, 2003). Produk bahan tanam unggul yang saat ini telah berhasil dipasarkan antara lain adalah bibit kultur jaringan, misalnya: bibit jati dan bibit tanaman hortikultura. Namun, bahan tanam unggul yang dihasilkan dari rekayasa genetika yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia sampai saat ini belum ada yang dikomersialkan.

Produk-produk bahan tanam rekayasa genetika yang ada di pasaran Indonesia umumnya merupakan produk dari negera lain, sebagai contoh : Jagung Bt dan Kapas Bt yang dipasarkan oleh Monsanto. Kultur jaringan
merupakan tingkatan umum penguasaan bioteknologi di Indonesia.

Bagaimanapun juga, produksi bibit kelapa kopyor telah berhasil di komersialkan melalui teknik transfer embrio (Paten ID 0 001 957). Produk biofertilizer merupakan salah satu produk bioteknologi yang banyak beredar di pasaran Indonesia. Produk-produk tersebut sebagian dikembangkan oleh peneliti di Indonesia maupun di impor dari negara lain.

Salah satu produk biofertilizer bernama Emas ( Enhancing Microbial Activity in the Soils ) telah dirakit oleh BPBPI (Paten ID 0 000 206 S), dilisensi oleh PT Bio Industri Nusantara dan digunakan di berbagai perusahaan perkebunan (BUMN dan BUMS) (Goenadi, 1998). Produk biofertilizer lain yang dikembangkan oleh peneliti di Indonesia antara lain: Rhizoplus , Rhiphosant , Bio P Z 2000, dan lain-lain.

Produk sejenis biofertilizer/ bioconditioner dari luar negeri misalnya: Organic Soil Treatment (OST).Produk-produk biodecomposer juga banyak beredar di pasaran Indonesia. Biodecomposer dipergunakan untuk mempercepat proses penguraian limbah-limbah organik segar pertanian menjadi kompos yang siap diaplikasikan ke dalam tanah.

Contoh produk-produk biodecomposer antara lain: Orgadec (BPBPI), SuperDec (BPBPI), Degra Simba (ITB), Starbio , EM4 , dan lain sebagainya. Produk-produk baru terus bermunculan sejalan dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah limbah padat organik.

Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba yang telah mengalami rekayasa genetika. Contoh mikroba yang telah banyak dimanfaatkan untuk biokontrol adalah
Beauveria bassiana untuk mengendalikan serangga, Metarhizium anisopliae untuk mengendalikan hama boktor tebu ( Dorysthenes sp) dan boktor sengon ( Xyxtrocera festiva ), dan Trichoderma harzianum untuk mengendalikan penyakit tular tanah ( Gonoderma sp, Jamur Akar Putih, dan Phytopthora sp).

Produk-produk biokontrol yang telah dikomersialisasikan oleh unit kerja lingkup Lembaga Riset Perkebunan
Indonesia (LRPI) antara lain : Meteor, Greemi-G, Triko SP, NirAma , dan Marfu . Keuntungan pemanfaatan biokontrol untuk pertanian antara lain adalah ramah lingkungan, dan mengurangi konsumsi pestisida yang tidak ramah lingkungan.

Mikroba juga dimanfaatkan dalam proses pembuatan pupuk anorganik. Peneliti di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) mengembangkan teknologi pembuatan pupuk superfosfat yang disebut dengan Bio-SP dengan menggunakan bantuan mikroba pelarut fosfat. Kualitas dari Bio-SP menyamai kualitas pupuk superfosfat konvensional (SP 36). Keunggulan dari teknologi ini adalah penggunaan agensia hayati untuk mengurangi konsumsi asam anorganik dan lebih aman lingkungan serta mampu mengurangi biaya produksi.

H. Komersialisasi Produk Bioteknologi

Komersialisasi merupakan serangkaian upaya dari pengembangan dan pemasaran sebuah produk atau pengembangan sebuah proses dan penerapan proses ini dalam kegiatan produksi. Kegiatan ini merupakan rangkaian yang cukup kompleks dengan melibatkan berbagai aspek yang mencakup kebijakan ekonomi, sumberdaya manusia, investasi, waktu, lingkungan pasar, dan sebagainya.

Sebuah invensi bioteknologi pada dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum mengkomersialkannya. Dalam beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial.

Bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif.

Banyak penelitian-penelitian bioteknologi pertanian yang sejak awal memiliki defisiensi, misalnya penelitian yang sudah ada sebelumnya untuk menangani masalah yang sama dan penelitian baru ini tidak memiliki keunggulan ekonomis dan teknis dibandingkan yang telah ada di pasar, atau ada produk baru yang lebih baik muncul setelah invensi bioteknologi sebelumnya dan invensi sebelumnya akan menjadi tidak berharga sebelum
sempat dikomersialisasikan.

Riset pengembangan merupakan tahapan yang sangat penting sebelum sebuah hasil penelitian bioteknologi dapat menjadi sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang dapat ditempuh, pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan menentukan keyakinan pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi yang dihasilkan.

Tahapan umumnya adalah seperti yang digambarkan pada yang lebih rumit lagi sebelum dapat dikomersialkan secara luas (Carpenter & Gianessi. 2001).

Faktor lain yang penting adalah menyangkut kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait lainnya. Manfaat yang besar dapat diperoleh dari penerapan produk bioteknologi baru, namun komersialisasi invensi bioteknolgi itu sendiri mengandung risiko yang tinggi. Sangat sering sebuah produk baru atau proses digantikan oleh yang lebih baru dan lebih efisien dalam tempo yang singkat sebelum investornya mampu memperoleh kembali investasinya.

Tanpa adanya preferensi kebijakan keuangan, pajak, dan yang terkait lainnya, investor akan enggan untuk menanamkan modalnya pada komersialisasi invensi yang berisiko.

Di samping aspek produk tersebut di atas, pengenalan terhadap segmen pasar adalah sangat penting artinya agar invensi yang diciptakan mampu secara potensial memiliki pasar utama ( captive market ). Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk melalui keterkaitan yang erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen adalah sekaligus bertindak sebagai konsumen utama.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut maka berkembanglah suatu kemajuan teknologi baru yang memberikan kesempatan kepada manusia untuk menjadi arsitek kehidupan yaitu BIOTEKNOLOGI. Bioteknologi berasal dari kata “bio” dan “teknologi”
yang dapat diartikan sebagai penggunaan organisme atau sistem hidup untuk memecahkan
suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.

I. Kelompok-Kelompok Teknologi Botani

Bioteknologi terdiri dari 2 kelompok teknologi utama. Kelompok pertama adalah rekayasa genetika (genetic engineering). Teknologi ini melakukan semacam proses gunting tempel bagian-bagian tubuh makhluk hidup, termasuk gen untuk menciptakan makhluk yang unggul.

Kelompok kedua adalah kultur jaringan (tissue culture), penanaman sel-sel yang telah diisolasi dari jaringan atau potongan kecil jaringan secara in vitro dalam medium biakan. Kebutuhan yang sangat vital dan harus selalu dicari solusinya adalah masalah pangan. Untuk pemenuhan kebutuhan akan pangan tersebut, ternyata perkembangan teknologi lebih banyak berperan.

Yang menarik, bioteknologi lebih banyak mengarah kepada peningkatan mutu (kualitatif) dibanding kearah kuantitatif. Manfaat lain dari kemajuan teknologi bagi manusia adalah membuat terobosan baru untuk menemukan teknologi pencegahan, penyembuhan serta pelacaklan penyakit maupun kelainan fisik yang sebelumnya mustahil dilakukan manusia.

Ternyata hasil bioteknologi menunjukan bahwa, bioteknologi bukanlah senjata pamungkas yang bisa mengatasi segala masalah kesehatan, bahkan menimbulkan masalah baru.

Secara garis besar kegiatan bioteknologi pangan dapat didaftar sebagai berikut:
1. Teknologi sel mikroba, untuk produksi pangan terfermentasi dan aditif pangan.
2. Aplikasi enzim baik untuk persiapan bahan maupun pengolahan pangan.
3. Kultur sel atau jaringan tanaman dan tanamn transgenik.
4. Kultur sel hewan dan hewan transgenik.
5. Rekayasa protein.

1. Teknologi Sel Mikroba

Jauh beberapa abad yang silam, teknologi sel mikroba tanpa disadari sudah diaplikasikan orang dibidang pangan, barangkali lebih didorong oleh tujuan pengawetan pangan yang menghasilkan berbagi jenis pangan terfermentasi seperti dadih, miso, tauco, tape dan sebagainya.

Barangkali teknologi mikrobial tertua untuk menghasilkan bahan kimia (sekaligus bahan pangan) adalah produksi etanol oleh khamir dan proses lanjutannya untuk mengahasilkan cuka (asam asetat) oleh bakteri. Pada awal PD II ditemukan teknologi produksi gliserol oleh khamir yang diransang oleh kebutuhan untuk memproduksi dinamit.

Berbagai macam asam dan enzim sudah dapat dihasilkan dengan bantuan mikroba ini. Bahkan sederetan bahan kimia lain yang telah dapat diproduksi secara mikrobial. Intinya, mikroba sudah terbukti merupakan
agen biologis yang sangat potensial untuk mengahsilkan berbegai jenis zat kimia. Banyak diantaranya merupakan bahan aditif pangan.

Teknologi produksi aditif pangan secara mikrobial dilandasi oleh teknik manipulasi metabolisme agar zat yang dikehendaki terakumulasi dan dikeluarkan dari dalam sel. Teknik manipulasi metabolisme ini diperoleh dari mutasi konvensional seperti radiasi dengan sinar X, UV. Gamma dan penggunaan mutagen kimia, maupun mutasi modern melalui rekayasa genetik. Aplikasi Enzim untuk persiapan Bahan maupun Pengolahan Pangan
Yang paling tua dari teknologi ini adalah proses pembuatan keju.

Kini teknologi aplikasi enzim untuk persiapan maupun pengolahan pangan sangat luas. Aplikasi yang tergolong kelompok pertama misalnya pembuatan sirup glukosa dari pati-patian yang melibatkan enzim-enzim á dan â amylase, amiloglukosidase dan pullulanase, konversi glukosa ke fruktosa oleh glukosaisomerase, penggunaan
pektinase untuk membantu ekstraksi pati dari bahan asalnya, modifikasi pati untuk mengubah sifat fungsionalnya dan sebagainya.

Pada kelompok kedua selain contoh klasik pembuatan keju adalah misalnya penggunaan lipase untuk menghasilkan emulsifier, surfaktant, mentega, coklat tiruan, protease untuk membantu pengempukan daging, mencegah kekeruhan bir, naringinase untuk menghilangkan rasa pahit pada juice jeruk, glukosa oksidase
untuk mencegah reaksi pencoklatan pada produk tepung telur dan lain-lain.

2. Sel atau Jaringan tanaman dan Tanaman Transgenik

Sel tanaman mempunyai kemampuan yang disebut “totipotency”, yaitu kemampuan tumbuh dan berkembang biak untuk menjadi tanaman lengkap pada medium yang memenuhi syarat. Dapat pula sel tersebut tumbuh tanpa mengalami deferensiasi. Hal ini tertgantung pada kadar hormone pertumbuhan yang diberikan.
Dengan kenyataan ini maka kemungkinan pemberdayaan sel atau jaringan tanaman untuk maksud-maksud berikut:

1. Produksi zat kimia atau aditif pangan
2. Menumbuhkan tanaman (dengan produk bahan pangan) bersifat tinggi.
3. Menumbuhkan tanaman dengan produktifitas bahan pangan tinggi.

Sifat variasi somaklonal dari sejumlah populasi sel tanaman yang tumbuh dapat digunakan untuk menseleksi sel tanaman yang unggul untuk memproduksi metabolit tertentu. Produk-produk aditif yang dapat diharapkan dari sel tanaman antara lain:

1. Zat warna pangan (antosianin, betasinin, saffron)
2. Flavor (strawberry, anggur, vanilla, asparagus)
3. Minyak atsiri (mint, ros, lemon bawang)
4. Pemanis (steviosida, monelin)

Untuk semua tujuan aplikasi sel tanaman, aplikasi teknik-teknik pemindahan gen seringkali diperlukan. Ini mencakup teknik-teknik hibridisasi somatik, breeding sitoplasmik, mikroinjeksi gen, teknik transwitch, transfer gen dengan perantaraan vektor.

Manipulasi tanaman dengan produk tanaman pangan bersifat khusus contohcontohnya adalah:

1. Tanaman tahan terhadap herbisida
2. Tanaman yang menghasilkan insektisida
3. Tanaman yang tahan terhadap kondisi tertentu
4. Kacang tanah yang asin rasanya tanpa diberi bahan tambahan

Tanaman dengan produktifitas pangan tinggi dapat terdiri dari 2 bentuk: (i) tanaman dengan rasio biomassa dapat meningkat, misalnya ukuran tanaman diperkecil tapi buah diperbesar, (ii) tanaman dengan umur panen yang singkat sehingga menambah frekuensi panen dalam satu tahun seperti yang sudah diperoleh
pada padi.

Tanaman transgenik adalah khususnya tanaman yang mempunyai gen hasil alihan dari mikroorganisme lain (walaupun definisi ini adalah yang berarti asal menerima gen dari luar tanaman itu sendiri, jadi termasuk yang berasal dari tanaman juga). Contoh tanaman dengan definisi pertama adalah tanaman yang mengandung gen racun serangga dari Bacillus thuringiensis (gen Bt). Tanaman kentang tahan terhadap herbisisda biolaphos, tanaman kapas tahan terhadap herbisisda glyphosate.

4. Kultur sel Hewan dan Hewan Transgenik

Kultur sel hewan adalah sisitem menumbuhkan sel manusia maupun hewan untuk tujuan memproduksi metabolit tertentu. Pada saat sekarang aplikasi dari sistem ini banyak digunakan untuk menghasilkan untuk menghasilkan produkproduk farmasi dan kit diagnostik dengan kebanyakan jenis produk berupa molekul
protein kompleks.

Hal yang paling mendorong kearah aplikasi ini adalah karena biaya operasionalnya yang tinggi, terutama medium. Selain itu system metabolisme sel hewan tidak “seramai” pada system metabolisme sel tanaman. Sekalipun demikian ada aplikasi yang berhubungan tidak langsung dengan masalah pangan, misalnya: penetapan jenis kelamin dari embrio yang akan ditanam, penentuan masa ovulasi dari sapid an fertilisasi in vitro untuk hewan.

Adapun contoh-contoh produk yang biasa dihasilkan oleh sel hewan misalnya: interferon, tissue plasminogen activator, erythroprotein, hepatitis B surface antigen. Hewan transgenic adalah hewan yang menerima gen pindahan dari organisme lain (atau hewan yang sama) untuk tujuan-tujuan yang tentunya dianggap menguntungkan bagi manusia.

Ada jenis hewan transgenik yang dianggap sebagai system produksi yang lebih baik bagi beberapa protein yang biasanya diproduksi oleh sisitem sel hewan, salah satu contohnya adalah produksi t-PA oleh tikus yang depresi pada susu. Dunia perikanan pun tak ketinggalan dengan mengklon gen beku pada ikan salmon agar tahan dingin sehingga menunda masa bertelur dan sebagai gantinya meningkatkan bobot badannya.

5. Rekayasa Protein

Aplikasi rekayasa protein dalam bidang pangan melibatkan dua hal: (i) enzim melalui modifikasi molekul protein dan (ii) modifikasi protein pangan untuk mengubah sifat fungsionalnya. Dalam hal tujuan pertama sasarannya stabilitas enzim pada kondisi-kondisi khusus. Sasaran tujuan kedua misalnya memperbaiki
sifat elastisitas, kemampuan membentuk emulsi atau kemampuan menstabilkan tekstur.

Contoh nyata dalam teknologi enzim misalnya perbaikan kestabilan termal dari enzim glukosa isomerase. Gukosa isomerase dari Actinomycetes missouriensis mengalami penggantian arginin oleh lisan pada posisi 253 (K253Rl) menghasilkan jembatan garam yang lebih kuat antar permukaan dimmer sehingga menjadi lebih
tahan panas lebih rendah (sekitar 5.8).

Dalam hal modifikasi sifat-sifat fungsional belum ada contoh nyata yang menerangkan hubungan struktur molekul dan fungsi, ditambah lagi dengan hal-hal lain seperti interaksi yang komplek antar molekul
protein dengan makromolekul dan mikromolekul. Pemikiran awal terfokus pada pembentukan hambatan disulfida.

J. Masalah-Masalah Sosio-Kultural Bioteknologi Pangan

Dari uaraian di atas secara umum terlihat manfaat bioteknologi dalam bidang pangan. Akan tetapi karena kebanyakan aktivitas dapat dikatakan “mengubah alam” dan timbul kekhawatiran penyimpangan yang terlalu jauh dari kondisi alamiah. Masalah-masalah lingkungan yang dikhawatirkan mungkin pula terpau masalah
keamanan (lahir batin) dari pangan, serta masalah hak kepemilikan intelektual yang berdampak ekonomi.

Dalam masalah ghubungannya denga lingkungan evaluasi tanaman yang dimodifikasi secara bioteknologi, bukan diliahat dari caranya diperoleh tetapi dari faktor-faktor pengamatan tertentu. Hasil pemikiran peserta lokakarya (20 Ilmuwan) yang diselenggarakan di IRRI Los Banos mengajukan usul 5 parameter pengamatan
untuk menentukan tingkat resiko terhadap lingkungan.

Kelima parameter itu adalah (1) Kemampuannya membentuk koloni (2) Hubungannya dengan lingkungan (3) pengaruhnya terhadap manusia (4) potensinya untuk mengalami perubahan genetic (5) resiko pengelolaannya.

Bahan pangan yang sudah dikategorikan GRASS (General Recognized as Save) dapat berubah statusnya bila telah mengalami perlakuan bioteknologi. Negara-negara Eropah sepakat bahwa bahan panmgan atau produk pangan hasil bioteknologi harus dilabel dengan fakta tersebut.

Di Asia, pertaturan ini diikuti oleh Jepang. Masalah-masalah yang sekarang muncul pada masyarakat mengenai bioteknologi antara lain: Munculnya hama/penyakit biotipe baru dan Produk bioteknologi akan merusak keragaman dan keseimbangan hayati.

Dalam laporan UCS (Union of Concerned Scientists) membeberkan fakta komersial tanaman transgenik luas ternyata berdampak ekologi yang sangat serius, terutama dinegara-negara berkembang yang sebagian besar merupakan tempat pemusatan keanekaragaman hayati paling besar.

Karena tanaman transgenic merupakan hasil rekayasa pemisahan gen, maka tanaman ini mengandung materi genetic dari satu atau lebih organisme lain, misalnya gen dari bakteri, virus, hewan dan tumbuhan lain. Dalam berbagai peristiwa, gen-gen baru tanaman transgenik dapat berpindah ke tanaman liar di alam melalui benang sari. Keadaan ini akan serius pengaruhnya bagi tanaman liar di sekitar tanaman transgenik itu.

K. Manfaat Bioteknologi

Di era globalisasi, kebutuhan manusia semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan itu haruslah diikuti dengan peningkatan alat pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam mulai dari kebutuhan dalam bidang makanan, sandang, papan, pertanian, peternakan, hingga kesehatan dan pengobatan, menuntut adanya alat pemenuhan kebutuhan yang memadai.

Dengan kata lain, kebutuhan manusia yang semakin kompleks tersebut menuntut sumber daya alam yang memadai, misalnya hutan, bahan bakar, dan potensi laut. Jika hal itu tidak dipenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan kehidupan manusia karena adanya kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan alat pemenuhannya.

Manusia dengan otaknya dituntut untuk memikirkan berbagai alternatif yang harus ditempuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. \

Dalam hal ini, terlihat bahwa bioteknologi yang produknya mencakup berbagai aspek kebutuhan manusia yang cocok dan sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
mempelajari dan memahami apa itu bioteknologi merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda.

Bioteknologi merupakan pemanfaatan berbagai prinsip ilmiah dan rekayasa terhadap organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia.

Bioteknologi yang demikian, sebenarnya sudah dipraktikkan oleh nenek moyang manusia sejak berabad-abad yang lalu, yaitu melalui bioteknologi tradisional. Pada awalnya, bioteknologi tradisional ini memang sudah
dikenal dan dilakukan oleh masyarakat tradisional, akan tetapi tanpa sebutan bioteknologi. Bioteknologi tradisional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroba, proses biokimia, dan proses genetik yang terjadi secara alami.

Produk dari bioteknologi tradisional tersebut antara lain: tempe, oncom, yoghurt, dan keju. Bioteknologi tradisional ini terus mengalami perkembangan hingga ditemukannya struktur ADN yang diikuti dengan penemuan lainnya. Dengan ditemukannya struktur ADN dan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang ADN, muncullah istilah bioteknologi modern.

Aplikasi bioteknologi, baik tradisional maupun modern, meliputi berbagai macam aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian dan peternakan hingga kesehatan dan pengobatan. Beberapa contoh bioteknologi dalam bidang (1) pangan, misalnya tempe, oncom, dan tomat hasil manipulasi genetic; (2) pertanian, misalnya
hidroponik dan tanaman jagung transgenic; (3) peternakan, misalnya domba ankon (berkaki pendek dan bengkok) hasil mutasi alami dan ternak unggul hasil manipulasi genetic; (4) kesehatan dan pengobatan, misalnya vaksin dan hormon somatotropin yang dihasilkan oleh E-coli.

Melihat berbagai macam produk dan jasa yang dihasilkan, agaknya tidak salah kalau sementara dapat disimpulkan bahwa bioteknologi memegang peranan penting dalam memenuhi kehidupan dan kebutuhan manusia. Mulai dari kebutuhan mendasar, yaitu makanan dan minuman hingga kesehatan, hampir semuanya terpenuhi oleh produk dan jasa dari bioteknologi.

Dengan demikian, bioteknologi memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia. Akan tetapi, sebuah sunnatullah juga tidak dapat dipungkiri bahwa segala sesuatu saling silih berganti, kelebihan dan
kekurangan, manfaat dan ancaman, keduanya merupakan sebuah keniscayaan karena pada dasarnya tidak ada sesuatu yang sempurna di muka bumi ini. Bioteknologi dengan berbagai produk dan jasa yang dihasilkan, tidak hanya mendatangkan dampak positif, tetapi juga dampak negatif.

Untuk itu, tugas kita adalah mencari cara bagaimana mengatasi dampak negatif tersebut. Sebenarnya, dampak negatif yang ditimbulkan dari bioteknologi tergantung dari apa produk dan jasa yang dihasilkan dari bioteknologi itu. Beberapa contoh dampak negatif dari bioteknologi, misalnya alergi, dan hilangnya plasma nutfah/keanekaragaman makhluk hidup.

Untuk mencegah terjadinya alergi itu dapat dilakukan dengan pengujian suatu produk bioteknologi dalam jangka waktu yang lama untuk memastikan ada tidaknya efek negatif tersebut terhadap konsumen. Sedangkan plasma nutfah dapat musnah akibat budidaya hewan atau tumbuhan yang unggul saja. Kepunahan plasma nutfah dapat diatasi dengan melakukan pemeliharaan berbagai jenis hewan dan tumbuhan di suatu
tempat konservasi tertentu.

Bioteknologi dalam Industri

1. Asam sitrat
- Mikroba : Aspergillus niger,: tetes gula dan sirup
Fs. Asam Sitrat : pemberi citarasa, pengemulsi susu, dan antioksidan. Umumnya asam ini banyak terdapat pada jeruk

2. Protease
- Digunakan antara lain dalam produksi roti, bir
- Protease proteolitik berfungsi sebagai pelunak daging dan campuran deterjen untuk menghilangkan noda protein .
2. Mikroba: Aspergillus oryzae dan .Bacillus subtilis
3. Amilase : digunakan dalam produksi sirup, kanji, glukosa.
Glukosa isomerase : mengubah amilum menjadi fruktosa.
Fruktosa digunakan sebagai pemanis makanan menggantikan sukrosa.
4. Mikroba:Aspergillus niger..Aspergillus oryzae...Bacillus subtilis