Medium Pemeliharaan Lalat buah



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahasiswa biologi pasa zaman ini sangat beruntung karena kita berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. biologi telah melejit sebagai ilmu sentral. biologi kini menjadi ilmu penghubung dari semua ilmu alam, dan merupakan persimpangan tersibuk dan mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial. Biologi telah menjadi berita berhari-hari. kemajuan-kemajuan dalam bioteknologi, ilmu kesehatan, ilmu petanian dan pengawasan lingkungan hanyalah sebagian kecil dari kenyataan betapa biologi begitu mempengaruhi kehidupan masyarakat melebihi masa-masa sebelumnya.
Biologi adalah ilmu yang mengundang inspirasi, biologi adalah ilmu yang penting. Kini kita semakin dekat menuju pemahaman mengenai bagaimana sel tunggal tumbuh atau berkembang menjadi tumbuhan dan hewan, bagaiman fikiran manusia bekerja, dan bagaimana kehidupan yang begitu beragam di muka bumi ini. Untuk mahasiswa dan pengajar biologi tiada masa terindah seindah masa ini. masa ini adalah masa yang menantang untuk belajar biologi.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah genetika dan evolusi yang dimana selain mempelajari teori tentang genetika dan evolusi kita juga mempelajari praktikumnya. Yang dimana dalah satu unit praktikum dalam praktikum genetika dan evolusi adalah medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster). Untuk memelihara lalat buah dapat kita menggunakan berbagai macam medium. Ada medium campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon, ada juga medium campuran pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid, dan aquadest dan diamana medium yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah medium yang kedua.
Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melanogaster), maka dilakukanlah praktikum ini.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah (Drosophila melaoigaster).

C. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis : 23 November 2010
Pukul : 09.00 - 11.00 WITA
Tempat : Lab. Pendidikan Biologi
UIN Alauddin Makassar


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetika adalah cabang biologi yang berurusan dengan hereditas dan variasi. Unit-unit herediter yang ditramsmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (dengan kata lain diwariskan) disebut gen. Gen terletak dalam molekul-molekul panjang asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, DNA) yang ada di dalam semua sel. DNA, bersama dengan suatu matriks protein, membentuk nucleoprotein dan terorganisasi menjadi struktur yang disebut kromosom yang ditemukan di dalam nucleus atau daerah inti sel. Sebuah gen mengandung kode informasi bagi produksi protein. Normalnya, DNA adalah molekul yang stabil dengan kapasitas bereplikasi sendiri. Terkadang, bias terjadi perubahan spontan pada suatu DNA. Perubahan itu, disebut mutasi, dapat menyebabkan perubahan kode DNA yang mengakibatkan produksi protein yang salah satu tidak lengka (Stansfield, 2007).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan buah-buahan ataupun sisa buah yg busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang Genetika justru lalat buah menjadi “hewan primadona”. Ya..ya lalat ini memgang peranan yang penting dalam beberapa pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel, baik Hukum Mendel 1 atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan Secara Bebas, pautan seks, crossing over, kromosm politen dan lain sebagainya (Anonima, 2009).
Untuk pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai macam-macam medium. Medium yang m ula-mula dipergunakan adalah campuran antara pisang ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 : 1. Medium tersebut dipakai selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai digunakan beberapa medium yang dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa tahun terakhir ini telah digunakan resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas tape dan pisang ambon yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk memperoleh medium yang lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan dipakai merupakan modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia (Hartati, 2009).
Panen telur pada lalat buah dilakukan sejak lalat berumur 10 hari selama satu-tiga minggu. Botol pengumpul telur dipasang pada lubang yang telah tersedia pada kurungan. Botol pengumpul telur, yang merupakan buah tiruan, adalah botol plastik ukuran Ø 5 x 30 cm, dindingnya berlubang-lubangan Ø 0,2 – 0,5 mm dengan kerapatan 1 x 1 cm. Sebelum dipasang, botol diisi potongan karet busa jenuh air atau jus buah untuk menarik lalat, dan untuk mempertahankan kelembapan di dalam botol, agar telur yang diletakkan tidak mengalami kekeringan. Botol dipasang selama 24 jam, biasanya mulai 08.00 pagi. Telur diletakkan oleh lalat dewasa dengan ovipositornya kedalam lubang-lubang di dinding botol, sehingga massa telur akan terkumpul pada lubang-lubang tersebut. Panen telur dilakukan pagi hari berikutnya. Telur dikumpulkan dengan cara membasuh permukaan dalam botol, dan menampungnya di atas nampan, kemudian disaring. Karena telur yang bernas tenggelam, maka dapat dengan mudah dipisahkan dari yang rusak. Massa telur yang dihasilkan dapat diukur secara volumetric, satu cc telur berisi ± 18.000 butir.
Pengujian mutu telur dapat dilakukan dengan mengamati persentase pene-tasannya. Dari massa telur diambil sampel 4 x 100 butir untuk diletakkan di atas kertas saring warna gelap yang jenuh air. Kertas diletakkan di atas cawan Petri dan diinkubasi selama 2 x 24 jam. Jumlah telur yang menetas diamati di bawah mikroskop (Anonimb, 2009).
Dalam sejarah genetika sebagai ilmu, relative hanya baru-baru ini sajalah DNA menjadi pusat perhatian. Lebih dulu, perhatian dipusatkan pada hereditas, yaitu pada pola-pola pewarisan sifat yang ada (mata biri, warna merah bunga, ekor pendek) dari induk ke keturunananya. Diperkirakan bahwa sifat-sifat yang diwariskan ini diatur oleh gen-gen ditata secara linear sepanjang kromosom pada hewan dan tumbuhan tinggi. Disusunlah “peta” urutan gen pada kromosom, dan ditelitilah banyak rincian mengenai penurunana atau transmisigen dari generasi ke generasi, jauh sebelum banyak yang diketahui tentang apa gen itu dan bagaimana kerjanya (Goodenough, 1988).
Orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang adalah Gregor Mendel seorang rahib Austria yang hidup pada tahun1822-1884 di sebuah biara laki-laki di kota kecil brunn. Dia dating di biara itu pada tahun 1851 sebagai anak miskin. Dalam tahun 1851 ia dikirim ke universitas wina untuk belajar ilmu pengetahuan alam, tetapi ia tidak mendapatkan nilai baik untuk fisika dan matematika (Suryo, 2006).
Seorang ahli genetika bernama Morgan meneliti pada pembastaran lalat buah. Ia membastarakan lalat buah jantan mata putih (disingkat jantan putih) dengan lalat buah betina mata merah (disingkat beina merah). Diperoleh keturunan F1 yang semuanya mata merah, baik yang jantan maupun yang betina. Bila jantan F1 (mata merah) dibastarrkan dengan betina F1 (mata merah), akan diperoleh keturunan F2 : 3 bagian mata merah, dan 1 bagian mata putih. Jadi di sini mata merah dominan terhadap mata putih. Dari turunana F2 yang diperoleh tadi, yang betina semuanya mata merah, serta yang jantan 50% mata merah dan 50% mata putih (Prawoto, 1994).



BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Timbangan
b. Baskom
c. Pengaduk
d. Kompor gas
e. Botol Kultur
f. panci
g. Pisau
h. Gelas ukur
i. Lumpang dan alu

2. Bahan
a. Pisang ambon
b. Gula merah
c. Agar-agar
d. Aquadest
e. Ragi
f. Nipagin
g. Sorbic acid
h. Plastik
i. Karet gelang
j. Ketas saring

B. Prosedur Kerja
1. Menyediakan semua alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengupas kulit pisang ambon lalu memutongnya kecil-kecil lalu ditimbang.
3. Menghaluskan pisang ambon yang telah dipitong kecil hingga betul-betul halus dengan menggunakan lumpang dan alu.
4. Mencampurkan gula merah dengan aquadest lalu memasaknya hingga larut dan mendidih.
5. Mencampurkan agar-agar dan pisang ambon yang telah di haluskan ke dalam campuran gula merah dan aquadest yang telah mendidih, kemudian mengaduknya hingga rata sampai matang.
6. Membiarkan adonan mendidih selama ± 15 menit.
7. Melarutkan ragi roti tersebut ke dalam air dan mencampurkannya ke dalam adonan yang sudah mulai menurun sekitar 400C.
8. Mencampurkan anti jamur yang telah dipersiapkan sebelumnya.
9. Menuangkan adonan yang masih panas ke dalam botol kultur yang telah disterilkan terlebih dahulu.
10. Memasukkan kertas saring ke dalam botol kultur yang telah di beri adonan.
11. Botol biakan siap diperguakan apabila telah dingin.



B. Pembahasan
Percobaan petama pada praktikum genetika dan evolusi adalah membuat medium pemeliharaan lalat buah (Drsophila melanogaster). Dimana dalam pembuatan medium pemeliharaannya digunakan berbagai macam bahan. Bahan yang digunakan yaitu pisang ambon, agar-agar, gula merah, ragi, nipagin, sorbic acid dan aquadest. Bahan ini kemudian diolah sesuai dengan prosedur kerja yang ada. Bahan yang digunakan memiliki peranan yang penting dimana pisang ambon dan gula merah berfungsi sebagai sumber karbohidrat, agar-agar digunakan agar adonan yang dihasilkan lebih padat, ragi berfungsi untuk mengembangkan aadonan, nipagin sebagai anti jamur, sorbic acid untuk mencegah timbulnya bakteri, dan aquadest berfungsi sebagai pelarut. Setiap bahan memiliki takaran masing-masing sesuai dengan jumlah botol kultur yang akan dijadikan media pemeliharaan. Per 30 botol medium digunakan 300 gram pisang ambon, 7 gram agar-agar, 150 gram gula merah, 20 gram ragi, 7 ml nipagin, 5 ml sorbic acid dan 411 ml aquadest. Karena pada percobaan kali ini kami menggunakan 60 botol kultur yang akan dijadikan medium, maka setiap takaran bahan dapat dikali 2 agar dapat mencukupi semua wadah atau botol kultur.
Adapun Fungsi masing-masing alat yang digunakan adalah :
1. Timbangan berfungsi sebagai alat unruk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan.
2. Baskom berfungsi sebagai alat untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang.
3. Pengaduk berfungsi sebagai alat untuk mengaduk bahan yang telah dicampurkan di dalam panci pada saat dimasak.
4. Kompor gas berfungsi sebagai alat untuk memasak bahan-bahan hingga mendidih.
5. Botol kultur berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan medium pemeliharaan lalat buah.
6. Panic berfungsi sebagai wadah untuk menampung campuran bahan yang akan di masak dan di didihkan.
7. Pisau berfingsi sebagai alat untuk memotong-motong bahan yang digunakan.
8. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk menampung bahan yang bersifat cair.
9. Lumpang dan alu berfungsi sebagai alat untuk menghaluskan pisang ambon.
10. Gunting berfungsi sebagai alat untuk memotong kertas saring dan plastik.
Medium yang telah selesai di buat masih banyak memiliki kekurangan karena lalat buah yang di masukkan ke dalam medium sebagian besar mati atau meninggal. Sehingga tidak dapat berkembang biak.




BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah cara pembuatan medium pemeliharaan lalat buah tidak dilakukan secara asala-asalan melainkan setiap bahan memiliki takaran tertentu.
B. Saran
a. Laboratorium
Adapun saran yang dapat saya berikan untuk laboratorium atau laboran adalah hendaknya laboran dapat lebih melengkapi semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Asiasten
Hendaknya asisten lebih memperhatikan lagi praktikannya dalam melakukan percobaan agar semua paktikan dapat bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikkum.
c. Praktikan
Para praktikan dalam melakukan praktikum hendaknya dapat bersungguh-sungguh dan tidak main-main agar dapat memperoleh hasil yang maksimal.






DAFTAR PUSTAKA

Anonima.2009. file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/Lili
S%20FiLe/teknik-pembiakan-massal-hama-lalat-buah.html. Diakses pada tgl 25 Oktober 2010

Anonimb. 2009. www.duniasatwa.com/forums/archive/index.php/t-102.html. Diakses
pada hari senin 19 Oktober 2009

Goodenough, Ursula. 1988. Genetika Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Erlangga.

Hartati. S.si, M.Si. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Jurusan Biologi
FMIPA UNM

Prawoto, Drs. 1994. Genetika dan Evolusi. Jakarta. Depdikbud

Suryo. 2005. Genetika Strata I. Yogyakarta. UGM

Stansfield, William. 2006. Genetika Edisi keempat. Jakarta. Erlangga.